Minggu, 02 Maret 2014

Aku dan kedua sahabat terbaik




“SECUPLIK TENTANG BUNTET PESANTREN DAN TIGA SEKAWAN”

            Buntet Pesantren adalah sebuah komplek yang didalamnya terdapat banyak sekali asrama, dan tiap-tiap asrama diasuh oleh Kyai yang berbeda-beda. Namun, dari ujung Barat hingga ujung Timur dan dari sebelah Utara sampai ke sebelah Selatan, seluruh Kyai yang ada di Buntet Pesantren masih dalam satu ikatan darah. Dan yang membuat aku takjub terhadap Buntet Pesantren adalah para santri bisa langsung bersosialisasi ataupun berinteraksi dengan warga sekitar. Jadi, para santri telah diajarkan bagaimana caranya untuk bisa langsung terjun ke dalam masyarakat. Dahsyat bukan??!! Hehehehe.
Buntet Pesantren adalah suatu tempat yang memiliki banyak sekali kenangan yang sangat disayangkan jika tidak untuk dikenang. Karena Buntet Pesantren Cirebon merupakan tempat kami menemui arti sahabat. Sahabat yang tetap menyemangatiku untuk selalu berkarya. Begitu pula aku yang tak segan-segan memberikan kata-kata motivasi terbaik agar mereka juga bisa mencapai segala keinginan yang selama ini didambakan.
M. Helmy Faiz (Emay) adalah seorang sahabatku yang berdiam diri alias mondok di asrama Hidayatul Mubtadiin (HM) Al-Inaaroh 2. KH. Amiruddin adalah pengasuh asrama HM yang dikenal sebagai satu-satunya asrama Salafiyah-Syafi’iyyah di Buntet. Rumah Emay tidak sangat jauh dari kediamanku yang kini di Bekasi, sedangkan dia beserta keluarga berdomisili di daerah Cakung, Jakarta Timur. Orang tua dan kakaknya juga pernah mengenyam pendidikan di Buntet Pesantren. Dan pertemuan kedua Orang tuanya merupakan hasil perjodohan yang dilakukan oleh Alm. KH. Izzudin Izza (pengasuh asrama Al-Inaaroh pada masa Ibunda Emay mesantren). Ayahnya ialah santri KH. Fuad Hasyim atau asrama Nadwatul Ummah, yang mana ayahanda sahabatku itu adalah teman dekat KH. Adib Rofi’udin (putra KH. Izzzudin) yang kini menjabat sebagai ketua Yayasan tertinggi di Buntet Pesantren dan juga pengasuh Asrama Al-Inaaroh.
M. Ammar juga sahabatku yang mesantren di Al-Andalucia (nama pesantren yang diambil dari nama Spanyol pada masa kejayaan Islam dahulu). Adalah KH. Ade Nasihul Umam Lc yang mendirikan Al-Andalucia pada tahun 2008, dimana di tahun itu pula adalah tahun pertama Ammar mesantren di Buntet Pesantren setelah memutuskan boyong dari pesantren modern di Indramayu. Jadi, bisa dikatakan sahabatku yang berdomisili di Rawasari, Jakarta Pusat itu adalah santri pertama di Al-Andalucia. Sama halnya seperti Emay, Ammar juga memiliki sanak saudara yang juga menimba ilmu di Buntet Pesantren. Adalah kedua kakak perempuannya yang pada waktu itu menyerap ilmu dari Mbah Dul atau KH. Abdullah Abbas, yang mana KH. Abdullah Abbas ini adalah sahabat dari ketua PBNU waktu itu, yaitu KH. Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Mbah Dul juga seringkali bertandang ke kantor Gusdur di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Aku (Aru Lego Triono atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama Aru Elgete) adalah sahabat terbaik yang selalu mendengarkan curahan hati dari kedua sahabatku yang paling menyebalkan se-alam raya itu. Hehehe piiisss brooo. Aku adalah seorang penyiar Radio Komunitas yang ada di Pondok Buntet Pesantren bersama dengan Ammar, loh kenapa Emay ga diajak jadi penyiar?? Seperti yang telah ditulis sebelumnya bahwa Emay adalah santri yang berdiam diri di asrama HM, yang mana dikenal sebagai satu-satunya asrama paling salaf di Buntet, dan bukan suatu hal mudah untuk keluar-masuk asrama. Menjadi santri yang bekerja sebagai penyiar radio itu tidak semudah membalikkan telapak tangan lho, apalagi di lingkungan pesantren. Aku adalah santri yang merangkap sebagai penyiar Radio Komunitas di Buntet Pesantren Cirebon. Selain penyiar, aku juga merupakan seorang pemula yang baru saja terjun ke dunianya para penyair. Jadi, aku adalah penyiar dan juga penyair. Oh, iya lupa! Aku mesantren di Sinar Fatih yang sekarang ditangani atau diasuh oleh Ny. Hj. Hayatun Nufus, Istri dari Alm. KH. Salim Effendy Anas, Putra dari Alm. KH. Soleh Anas dan cucu dari salah satu Kyai besar di Buntet Pesantren Cirebon, yaitu Alm. KH. Anas. Sama halnya dengan kedua sahabatku tersebut, aku juga memiliki seorang kakak laki-laki yang juga menyandang status ‘santri’ Buntet Pesantren Cirebon.




“CITA-CITA”

Seperti umumnya kebanyakan anak remaja yang tengah menuju dewasa, kami juga memiliki cita-cita yang tidak kalah luar biasa dahsyat apabila dibandingkan dengan anak remaja pada umumnya. Dengan berbekal ilmu yang kami peroleh sejak mondok di Buntet Pesantren Cirebon, kami sangat yakin bahwa suatu senja nanti semuanya bukan hanya terlihat indah, tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Amiin

a.         Ahli KHOT & Designer
Lima tahun telah dilalui dengan pelbagai cobaan yang sebenarnya sedikit menggoyahkan hatinya untuk tidak lagi mesantren di tempatnya. Namun, semangat juang yang tinggi untuk menggapai cita-cita yang selama ini diimpikan oleh sahabat saya ini mengalahkan segalanya. Kini Pria bernama lengkap Mohammad Helmy Faiz yang lahir pada 16 Oktober 1994 dan juga anak dari seorang penghulu ternama di DKI Jakarta telah memutuskan bahwa dirinya memiliki cita-cita di bidang seni, yaitu KHOT atau Kaligrafi. Ia juga berniat ingin melanjutkan sekolah khusus untuk memperdalam ilmu Kaligrafi tersebut di Surabaya agar ketika dirinya terjun ke masyarakat, bisa mengamalkan ilmunya itu kepada warga sekitar, khususnya anak yang masih kecil. Selain ingin menjadi ahli Kaligrafi, Ia juga sangat mendambakan untuk menjadi seorang designer ternama di Indonesia, atau pemilik Distro terbesar yang ada di Indonesia. Hmmm, luar biasa bukan??!!

b.        Pengusaha & Gubernur DKI Jakarta
Remaja yang telah beranjak dewasa dan telah menghabiskan waktu lima tahun untuk menuntut ilmu agama di Buntet Pesantren ini, rupanya baru mengerti bahwa semenjak Ia masih kanak-kanak, ayahnya-pak Abdurrahman-banyak mengajarkan tentang dunia politik. Pria kelahiran Jakarta 29 Agustus 1995 ini juga sering dipercaya untuk memegang uang orang banyak. Dan yang membuatku takjub dengan sahabatku yang satu ini adalah ketika pelajaran Ekonomi yang hitung-hitungan, dia mampu dengan cepat menyelesaikan soal Ekonomi tersebut ketimbang teman-temannya, termasuk diriku. hihihi. Sehingga, Pria bernama lengkap Muhammad Ammar yang berdomisili di Rawasari, Jakarta Pusat ini memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Pengusaha yang memiliki Perusahaan ternama di Indonesia. Bahkan Ammar pernah berkelakar, suatu saat nanti dirinya akan menjadi Gubernur DKI Jakarta, menggantikan sang idola yang kemarin kalah dari pak Joko Widodo dalam pemilukada DKI Jakarta 2012. Semangat Baaaaaaang!!

c.         Penulis & Sutradara Kondang
Walaupun masih amatir atau pemula dalam bidang kepenulisan, namun berkat semangat juang yang tinggi untuk membuktikan kepada yang menganggap remeh diriku, segalanya menjadi mudah. Pernah gagal dalam pendidikan tidak mengurangi rasa pecaya diri serta optimis yang tinggi untuk terus berkarya. Empat tahun menimba ilmu di bagian timur laut  Jawa Barat telah melahirkan angan dalam benakku untuk menjadi sastrawan terkenal di Nusantara atau menjadi seorang Sutradara kondang yang banyak memproduksi banyak film-film berkualitas yang tentunya bernafaskan Islami dengan dunia pesantren yang sangat kental. Pernah juga saya berkelakar dengan Emay bahwa suatu nanti jika saya menjadi seorang Sutradara, supaya dirinya yang menjadi Designer untuk aktor dan aktris di film yang saya produksi. Jadi, saya dan Emay menjalin hubungan bilateral suatu nanti. Hihihi. Amiiin doakan saja!!






“TERSERAH”

Awal bulan adalah segalanya bagi santri, mungkin bagi mayoritas santri awal bulan adalah surga dunia atau sebagai ajang menjadi seorang bos dadakan untuk teman-temannya. Begitu juga dengan tiga anak santri yang bersahabat ini; Saya, Emay dan Ammar yang saling traktir ketika tengah mendapat kiriman uang dari orang tua. Bukan berarti menghambur-hamburkan pemberian dari orang tua, saling traktir yang kami lakukan adalah dengan maksud agar persahabatan kami semakin erat. Aiiiihhh so sweeeetttt. Hahahaha.
Pernah suatu malam ketika Ammar sudah mendapat kiriman uang dari orang tuanya, Ia mengajak saya untuk makan nasgor di depan MTs Putra 1. Sebuah tongkrongan favorit para santri di awal bulan. Saat itu, Ammar yang sedang menjadi bos untuk saya. Dengan sangat angkuh Ia bertanya “pedes gak Ru nasgornya??” kemudian dengan singkat saya jawab “terserah lo aja Mar”. Ketika sedang makan, karena saking pedasnya nasgor yang dipesan Ammar, akhirnya saya memberanikan diri untuk meminta dipesankan es oleh Ammar, “Mar es dong, pedes banget nii”, “pesen aja Ru”, jawabnya singkat. Karena posisi saya sedang ditraktir, merasa sangat tidak enak jika semena-mena langsung memesan es begitu saja, “es apa mar?”, “TERSERAH!!!!” dengan nada setengah marah karena pedas Ia menjawab.
Seusai makan seperti biasa yang namanya santri selalu ada ritual pembakaran tembakau alias ngudud. Hehehehe. “mau rokok apaan lo?” Tanya Ammar penuh tegas, “biasanya apaan sih?? Terserah lo aja deh Mar”. “Ah, lo mah semuanya terserah mulu kaya gak punya pendirian!!”, “bodoamat ah, udah sono beli sesajennya, udah asem banget nii”, “loh kok jadi lo sih Ru yang nyuruh gue? kan gue yang jadi bos sekarang”, “hahaha iya yah, yaudah sini gue yang jalan, beli berapa nih?”, “TERSERAH!!!” jawab Ammar dengan sedikit kesal. “dasar gak punya pendirian lo Mar!!” sambil lari ke warung samping tukang nasgor untuk membeli rokok.
Kejadian ‘terserah’ ini juga terjadi saat Emay telah mendapatkan kiriman uang. Sebelum bel masuk berbunyi Ia mengajak sarapan di luar sekolah alias di warung yang biasa disebut warung babeh. “lo mau makan nasi apa Ru?” Tanya Emay kepada saya. “adanya nasi apa May? Terserah lo aja deh, kan lo yang mau ngebosin gue. hahaha”. Tak lama kemudian Emay berjalan mendekati saya sembari membawa nasi kuning untuk saya pagi itu. Baru setengahnya makan,  “Oh, iya gue lupa! Minumnya apa Ru?” kembali bertanya kepada saya. “Apa aja yang penting minum May, pokoknya terserah lo deh” lagi-lagi saya mengeluarkan jurus andalan ‘TERSERAH’ kepada sahabat saya. Hadeuuuuuuhhh serba terserah. Hihihihi.
Terserah, Terserah dan Terserah adalah satu kata yang hingga kini selalu digunakan sehari-hari dalam kehidupan kami. Dan kata itu juga ternyata yang membuat kami semakin solid. Kereeeeennn kaaannn?? Jadi, buat kamu yang punya sahabat, pergunakan kata Terserah dengan sebaik mungkin yahh, biar sahabat kamu tetap setia menemani kamu kapanpun dan dimanapun. Percaya dehh sama saya. Hahahahaha.




“DON’T TRY THIS AT YOUR CLASS”

Sebagai perokok yang hampir berat namun bukan perokok berat, seusai makan pasti harus ada ritual pembakaran tembakau alias ngudud. Pun ketika sarapan pagi-baik di kantin sekolah maupun di warung babeh-harus ngudud. Namun karena waktu yang sangat singkat jika kami harus merokok terlebih dahulu, akhirnya kami memutuskan untuk hanya membeli rokok dan membawanya ke dalam sekolah, emang dasar anak nakal!! Hehehehe. Lalu kami merokok dimana?? Sudah barang tentu di kelas atuh. Ckckckck. Kalau di kelas ternyata ada guru, terpaksa kami mencari kelas yang belum ada guru atau di kantin untuk melakukan ritual pembakaran tembakau tersebut, tentu dengan rasa was-was yang men-dag-dig-dug-der-kan hati kami. Pengorbanan untuk mencari kepuasan sesaat saja kami harus melanggar aturan UUD tentang larangan asap merokok di lingkungan sekolah. Subhanallah!!
Tentang masalah rokok di sekolah, sebenarnya bukan kami bertiga saja yang melakukan di sekolah. Tapi hampir seluruh murid sekolah kami merokok di lingkungan sekolah. Perlu dicatat! Menurut Observasi yang saya lakukan di dalam sekolah, jawaban murid sekolah kami tentang pertanyaan yang saya ajukan “kenapa sih ngerokok di lingkungan sekolah?”. Mayoritas adalah karena guru-guru di sekolah selalu merokok didepan murid yang seolah-olah mengajarkan seluruh elemen sekolah termasuk murid untuk merokok di lingkungan sekolah atau bahkan di dalam kelas. Bukan kami memvonis bahwa guru-guru di sekolah kami salah karena telah merokok di depan banyak murid, namun ini hanya agar sekolah kami sederajat dengan sekolah-sekolah yang taat terhadap hukum yang berlaku.
Maafkan kami pak guru, kami hanya tidak ingin sekolah kami menjadi bahan celaan banyak orang yang merendahkan derajat tempat kami belajar hanya karena warga sekolah yang tidak solid dan kompak dalam membangun sekolah menjadi sebuah almamater yang luar biasa!! Mari harumkan nama sekolah kita supaya tidak ada lagi celaan bahkan hinaan yang datang untuk sekolah kita. Lanjutkan!!




“SEMINAR BAHASA INGGRIS”

Dilaksanakan pada akhir bulan Januari, membuat saya hampir tidak mengikuti seminar Bahasa Inggris yang sangat mendukung saya untuk bisa berbahasa Inggris yang baik dan benar, karena tidak lagi memiliki uang alias bokek! Hahahaha. Akan tetapi berkat jalinan persahabatan yang erat, Emay rela merogoh kocek lebih dalam hanya untuk supaya saya, dia dan Ammar bisa bersama mengikuti seminar tersebut. Tekad yang bulat menyelimuti diri sahabat saya (Emay), karena Ia sama sekali tidak lancar bahkan tidak mengerti Bahasa Inggris. Apalagi pihak penyelenggara seminar tersebut menjanjikan beasiswa kursus di kampung Inggris, Pare, Jawa Timur untuk sepuluh peserta seminar yang beruntung. Lebih semangat lagi dong tentunya. Hihihihi.
Ketika seminar sedang dilaksanakan, Mr. Toto-seorang moderator-memberikan secarik kertas berisi percakapan Bahasa Inggris. Dan beliau memerintahkan kepada seluruh peserta seminar agar memeragakan percakapan tersebut ditempat masing-masing. Emay terlihat sangat excited waktu itu sehingga membuat Mr. Toto tergelitik hatinya untuk membawa Emay ke panggung. Namun apa boleh buat, ternyata eh ternyata ketika sampai diatas panggung, Emay mati kutu diam seribu bahasa karena memang Ia sama sekali tidak mengerti Bahasa Inggris. Saat Mr. Toto bertanya kepada sahabat saya yang super pemalu itu dengan menggunakan kalimat-kalimat Inggris, Emay menjawab sangat singkat, hanya satu kata “Enggih” dengan berulang kali Ia menjawab seperti itu namun dengan nada yang lirih. Ya, mungkin karena terlalu lama mesantren di Jawa, jadi terbiasa dengan kata “Enggih” deh. Hihihihi.
Dan apa boleh disangka, rupanya panitia penyelenggara membatalkan pengadaan beasiswa untuk sepuluh peserta seminar yang beruntung. Akan tetapi sang penyelenggara mengatakan bahwa hanya akan ada satu orang yang mendapat beasiswa untuk kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Jawa Timur. Alhasil kami bertiga patah semangat dan rencana untuk bersama ke Pare dengan bermodalkan beasiswa KANDAS!! Huhuhuhu.
Namun karena kegigihan Emay agar supaya bisa berbahasa Inggris, Ia mengajak saya juga Ammar untuk bersama kursus di sebelah timur pulau Jawa tersebut. Bahkan Emay rela menunda kuliahnya hanya untuk bahasa Inggris. Dan semuanya karena seminar Bahasa Inggris yang diselenggarakan di Buntet Pesantren. Waaaaahhh semangat yaaa Emay, kamu pasti bisa kok. Hehehehehe.




“SEBUAH KONTRIBUSI”

Sebagai warga sekolah yang baik, tentunya memiliki peran atau kontribusi yang bisa membuat nama almamater tempat belajar menjadi harum cetar menggelegar membahana dong, hehehe.
Ammar misalnya, salah satu murid berprestasi di sekolah kami. Pernah menjabat sebagai ketua Osis sekaligus ketua kelas, menjuarai lomba yang diadakan diluar sekolah maupun di seantero Buntet Pesantren serta sangat aktif di organisasi yang ada di Buntet, dan yang membuat saya semakin kagum kepadanya adalah seragam sekolah yang selalu dimasukkan. Ia juga mampu merangkul saya menjadi manusia yang lebih baik lagi. Ammar Is the best dehh pokoknya! Hehehehe.
Atau Emay dengan kepiawaiannya merangkai huruf Hijaiyyah menjadi indah. Ia telah banyak berjasa dalam mengharumkan nama sekolah kami. Acapkali Ia menjuarai perlombaan Kaligrafi antar sekolah ataupun antar kelas. Bukan hanya dalam bidang Kaligrafi saja sebenarnya Emay mengharumkan nama sekolah kami, tapi juga banyak sekali kontribusi yang telah Ia berikan kepada sekolah kami. Emay juga Is the best dehhh pokoknya mahhh. Wkwkwkwkwk.
Lantas apa yang telah saya berikan untuk sekolah?? Jujur, sampai saat ini saya belum bisa memberikan sebuah kontribusi besar untuk mengharumkan nama sekolah yang selama empat tahun saya tempati untuk menimba ilmu dengan satu kegagalan yang saya temui pada waktu itu. Namun dengan sisa-sisa keyakinan serta ambisi besar yang saya miliki hingga detik ini, saya yakin suatu saat nanti sekolah kami yang diresmikan oleh Mantan Presiden RI, Ibu Megawati Soekarno Putri akan bangga dengan keberhasilan yang saya raih walaupun hinnga di ujung senja nanti. Semoga warga sekolah kami termasuk guru-guru yang memandang saya dengan sebelah mata diberikan umur panjang, agar mereka menyaksikan suatu pembuktian yang saya persembahkan untuk seluruh guru yang telah mengajar saya. Karena guru adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan segala kesabaran yang membentengi dirinya dalam mengajar. Huhuhu jadi melankolis begini yak??
Mengenai sebuah kontribusi, Ammar adalah orang yang berkontribusi besar dalam hidup saya, Ammar mampu mengubah sikap kekanak-kanakan saya menjadi sebuah kedewasaan yang saya dapatkan berkat kedekatan saya dengannya. Begitu juga Emay, Ia selalu saja membuat saya iri dalam bidang ilmu agama (ya walaupun sama-sama berstatus santri), namun saya masih sedikit sekali mengetahui tntang agama jika dibandingkan dengan Emay. Ia acapkali mengatakan bahwa setiap jiwa manusia memiliki keahlian masing-masing yang juga dapat bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Iri terhadap ilmu sah-sah saja kan?? Hehehehehe.




“SIBAR (Siaran Bareng) Bertemakan SENI”

Suatu hari, saat Emay ingin sekali mengerti tentang aplikasi untuk menggambar di komputer yaitu Corel Draw (kalo ga salah sih. Hehehehe), Ia bingung harus kemana. Ingin ke warnet, asramanya melarang keras santri ngenet, huh rempong deh booo. Hahahaha. Sebagai sahabat yang baik, tentu saya mencari jalan alternatif agar supaya Emay bisa mengerti tentang Corel Draw di komputer dengan tanpa harus ke warnet yang berbayar. Berhubung yang namanya studio radio terdapat komputer, dengan sangat excited penuh semangat saya menawarkan agar Ia ikut saya dan Ammar siaran bareng sekalian Emay belajar tentang Corel Draw. Walhasil Emay dan Ammar setuju dengan usul yang tentunya tidak asal yang saya ajukan. Hihihihi caaaapcuuuuusssss!
Namun, ternyata eh ternyata belajar untuk mengetahui tentang bagaimana serta tata cara menggunakan Corel Draw hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Sedangkan Emay sedang malas untuk pulang ke asrama, dan ceritanya nih sahabat saya yang memiliki gaya rambut unik tersebut angkat bicara di Radio. Yaaaa, kayak narasumber gitu dehh.
Mengangkat tema tentang “SENI” membuat percakapan menjadi semakin seru dan hangat (maklumlah, studionya ga ber-AC jadi anget banget dahh), dengan semangat yang berkobar langsung saja saya cecar dengan segudang pertanyaan seputar seni, salah satunya adalah “Definisi tentang seni menurut anda itu seperti apa bang Emay?” Dengan santai sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam karena grogi yang sangat, Ia menjawab pertanyaan saya “Seni adalah jiwa, setiap pribadi pasti memiliki unsur seni yang menyelimuti kepribadiannya. Jangankan kita yang setidaknya memiliki fikiran jernih untuk menghiasi kehidupan dengan kesenian yang ada pada jiwa, orang gila sekalipun pasti memiliki seni untuk menarik perhatian orang banyak. Jadi,  jangan pernah memvonis bahwa orang gila itu selamanya gila, karena orang gila itu tidak selamanya tak indah. Mari kita indahkan seni yang sudah barang tentu ada pada jiwa, dan tekuni setiap seni yang anda gemari. Karena seni itu bersifat plural atau jamak, tidak hanya satu atau mufrod”.
Luar biasa bukan statement yang terlontar dari seorang calon pakar seni?? Jawabannya tentu sangat luar biasa, menarik dan membuat semua orang yang pada saat itu mendengarkan Ia berbicara di Radio kesayangan warga Buntet itu langsung menyukai seni, saat itu juga. Saya yakin itu!
Emay adalah seorang yang sangat menyukai seni Kaligrafi, Design grafis dan sejenisnya. Lalu Ammar menyukai seni berpolitik, bernegara dan berbangsa yang baik serta menjadi warga negara yang anti korupsi. Ajiiiiibbbb. Sedangkan saya sangat menyukai bahkan menggemari seni dalam konteks tulis menulis atau Bahasa dan Sastra Indonesia serta seni peran. Kami  bertiga saling melengkapi bukan?? Hehehehehe.
Suatu saat nanti dunia akan menahu bahwa kami bertiga adalah makhluk Tuhan yang erat bersahabat serta paling banyak mempunyai manfaat untuk orang lain bukan memanfaatkan orang lain. Amiiinnn ya Allah ya Rabbal Alamiiinnn.




“Tentang Wanita, Emay Dikesampingkan”

            Sebagai Lelaki yang segera berubah menjadi seorang Pria, tentu kami telah pintar memilih dan memilah seorang Wanita yang pantas menyandang status kekasih untuk kami.
Ammar misalnya; dengan prestasi yang telah menyelimuti dirinya selama lima tahun di Buntet Pesantren, Ia berhasil membuat banyak santriwati mengagumi kepribadiannya, dan tak jarang Ia sempatkan untuk selalu bercerita alias curcol dengan saya perihal wanita. Begitu pula halnya saya; setelah menjadi penyiar Radio Komunitas di penghujung tahun 2012, nama Aru Elgete menjadi sebuah perhatian banyak santriwati alias terkenal dan tak jarang ada yang langsung mengatakan bahwa mereka ngefans dengan saya. Hareeeeuuuhhh. Capcay dehhhhh. Lantas bagaimana dengan Emay?? Sedikit pelik juga yah jika harus menceritakan tentang sahabat saya yang sangat pemalu ini, dan tak heran para santriwati atau wanita alias perempuan tidak ada yang mendekatinya, padahal sekalipun kami tidak mengetahui adakah wanita yang suka dengan kepribadiannya yang penuh dengan seni itu, saya yakin banyak atau bahkan meruah riuh wanita yang sebenarnya menyukai Emay.
          Suatu ketika di kantin sekolah, saya dan Emay sedang sarapan dengan lahap yang melalap dan tiba-tiba dikagetkan oleh kedatangan Ammar yang hampir saja mengundang emosi saya dan Emay. Hihihihi. Ternyata kedatangan Ammar menemui kami berdua adalah karena Ia ingin curhat tentang pacarnya. Sebagai sahabat yang baik hati, saya meladeni semua yang dia utarakan dari lubuk hati yang paling dalam. Aiiiiihhh so sweeeeettt brada. Tak mau kalah dengan cerita Ammar tentang pacarnya, lantas saya lekas bercerita juga perihal pacar yang saat ini berstatus sebagai pacar saya (RESMI!), sangat antusias saya bercerita kepada Ammar. Pun Ammar yang juga tak segan-segan menjadi pendengar yang baik. Hehehehe.
          Loh, Emay gimana?? Berhubung tema pembicaraannya adalah tentang pacar sedangkan Emay belum memiliki tautan hati, Ia akhirnya menyibukkan diri dengan membakar sebatang rokok serta meminjam HP saya untuk membuka jejaring sosial, entah fb atau twitter saya tidak menahu karena saat itu saya sedang asyik curhat seputar pacar dengan Ammar. Untuk masalah wanita, Emay dikesampingkan sementara. Maaf ya Emaaaayyyy. Huahahahaha.


Sebenernya masih banyak yg pengen diceritain, tapi lain kali lagi aja ya. GoodBye mmuuuaacccchh hahahaha
Previous Post
Next Post